Guru (Digugu lan Ditiru)

Guru (Digugu lan Ditiru)

Tulisan ini pernah diunggah di akun twitter saya pribadi @RicheeseMatcha pada 24 November 2020 dalam rangka mengikuti Festival Hari Guru Nasional Pahamify dan masuk 15 besar tulisan terbaik  

    Kata-kata tersebut berasal dari sebuah akronim Jawa, berarti harus dipatuhi dan diteladani. Sedangkan dari KBBI, guru berarti orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Bagiku, arti guru lebih dari itu.

    Aku besar dari keluarga yang banyak berprofesi sebagai guru. Ibuku seorang guru di sebuah kelompok bermain dan taman kanak-kanak. Dahulu beliau diminta oleh nenekku menjadi guru, namun ibuku punya mimpi dan keinginan lain. Hingga 22 tahun kemudian keinginan nenekku baru terwujud. Ibuku mengejar karirnya menjadi seorang pendidik dan akan mengenyam pendidikan kembali. Setelah 7 tahun nenekku berpulang kepadaNya.

    Ibuku juga pernah berpesan, "se-tinggi apapun nanti jabatanmu kelak, jangan pernah lupakan jasa gurumu, nak." Prinsip itu selalu kupegang teguh. Hingga kini, aku masih teringat jelas bagaimana dulu aku mengenal seorang "guru". Dimulai saat taman kanak-kanak, dengan telaten ibu guruku memegang tangan mungilku dan membantu menulis, serta mengajari membaca, berhitung. Juga mengajari menari dan bernyanyi saat ekstrakurikuler. Masih teringat jelas sifat tegas dan penuh kasih ibu guruku saat itu. Hingga suatu ketika, aku dikenalkan seorang guru diluar sekolah. Biasa disebut guru bimbel. Beliau juga mengajariku membaca, menulis, dan berhitung sama seperti guruku di sekolah hingga aku mahir dan bisa berpikir lebih cepat dan tanggap.

    Lalu, selama enam tahun aku di sekolah dasar banyak pengalaman dan pelajaran berarti dan kebaikan dari guruku. Saat kelas 2 SD ibuku pernah dipanggil oleh wali kelas ku, karena aku membawa mainan rubik seperti teman-teman. Aku malu sekali ketika ibuku dipanggil. Akhirnya sejak saat itu aku berjanji untuk tidak membawa benda yang tidak penting saat sekolah. Sejak SD aku sangat lemah dalam pelajaran Olahraga, namun bapak guru olahraga ku saat SD banyak membantuku. Menyemangatiku untuk selalu bersemangat, dan tidak takut setiap pelajaran olahraga. Lalu, ibu guru kesenian saat SD pernah mengantarku pulang ke rumah, saat hampir saja aku pingsan setelah melakukan ujian praktik IPA kelas 6. 

    Saat SMP aku banyak mendapat pesan berharga dari guruku. Saat kelas 8, aku selalu diberikan semangat dan dorongan untuk mengembangkan bakat menulis dan berpuisi oleh ibu guru Bahasa Inggris (selaku wali kelas dan guru favorit ku) dan ibu guru Bahasa Indonesia. Setelah lulus aku masih diberi pesan oleh ibu guru matematika, selaku wali kelas 9. Beliau berkata bahwa aku punya potensi dan bakat di bidang IPA dan aku harus mengasah. Kata-kata itu selalu ku ingat tiap kali aku hampir menyerah belajar matematika, fisika, kimia, biologi. 

    Ketika menginjak bangku SMA, aku mempunyai guru favorit. Beliau mengajar pelajaran Bahasa Indonesia saat kelas 10. Aku sangat mengagumi karena beliau sangat teliti sekali ketika mengajar, bahkan titik koma juga diperhatikan. Beliau menjadi panutanku ketika membuat sebuah tulisan. Di SMA aku banyak mempunyai pengalaman dengan bapak ibu guru. Saat kelas sepuluh tiap hari Kamis sepulang sekolah aku selalu bercerita banyak dengan ibu guru Bahasa Inggris. 

    Ketika kelas sebelas jantungku selalu berdegup tiap kali pelajaran Matematika dan Kimia. Aku selalu takut apabila ditunjuk dan maju ke depan kelas. Karena dua ibu guruku sangat tegas. Lalu, saat kelas sebelas aku terpilih menjadi ketua paduan suara sehingga aku hampir setiap hari harus menemui bapak guru seni budaya selaku pembina ekskul. Tak hanya itu, beliau juga selalu mendampingi tiap kali ekskul padus tampil dan lomba. Serta bapak guru olahraga saat kelas 10 yang tetap sabar dan telaten mengajari saat aku tidak bisa dan hampir menyerah tiap jam olahraga. Dan masih banyak lagi seluruh kebaikan dan semua pengorbanan seluruh bapak ibu guru dari sejak bangku TK hingga SMA. Tanpa mereka aku tidak bisa membuat tulisan ini hingga terbaca oleh kalian semua.

    Besok, 25 November adalah Hari Guru. Biasanya aku bernyanyi saat upacara lalu memberikan bunga kepada bapak ibu guru favorit. Tahun ini sedikit berbeda. Namun, tidak mengurangi rasa hormat ku kepada beliau semua. Ucapan terimakasih saja maupun materi tidak cukup untuk membalas semua jasa "orang tua kedua" di sekolah. Doa mereka selalu mengikuti jejak langkah kami. Teriring doa juga untuk semua bapak ibu guru tersayang. Tidak semua orang bisa menjadi guru. Sebuah pekerjaan hebat dan mulia pencetak insan cendekia. Sang "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa". Selamat Hari Guru untuk semua guru dan calon guru di negeri ini. Jangan kau lelah dalam berkarya demi kami anak-anak negeri. 

    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Insekuritas: Pesan dariku untukmu

Road TO PTN Journey Part 1